Sabtu, 03 Januari 2015

Boneka

| Fashion | Food | Craft |
Keyword: Hand Made Doll, Boneka Katun, Boneka Warna Warni, Media Pengenalan warna Pada Anak, Mainan Aman Untuk Balita, Gantungan Kunci, Sulam Perca, Pemberdayaan Perempuan, Kerajinan, Ramah Lingkungan, 

---------------------------------------------------------------


Slepping Cat
Cat 
.................... .........................................Keterangan:
..................................................................................- tersedia dalam berbagai warna cerah
..................................................................................- bahan katun 
..................................................................................- cocok sebagai media pengenalan warna 
..................................................................................- aman untuk balita
..................................................................................- bisa dipesan sebagai gantungan kunci




Percayakan desain anda untuk kami reliasasikan dalam berbagai bentuk permainan edukasi untuk anak

---------------------------------------------------------------

Perca Sulam dari Penjahit Tetangga

---------------------------------------------------------------
Minggu Pagi
No 13 TH 66 MINGGU IV JUNI 2013


MEMANFAATKAN yang terbuang. Diolah dengan kreasi dan sepenuh hati. Itulah yang melambari usaha kecil yang digeliatkan Wiraswati (33). Niatnya memang hanya mengisi waktu luang, pasca lepas dari pekerjaan formal. Laba yang dikecap memang belum seberapa. Namun bagi Wiraswati waktu luang menjadi lebih bermakna, karena diisi hal-hal sarat guna. Pun kreasinya digemari, memberi kepuasan batin bagi diri, juga customer yang memburu produk handmade unik yang eksklusif.
    Sejak masih duduk di bangku sekolah, Wiraswati memang sudah gemar mengkreasi aneka kerajinan tangan. Merajut hingga kerajinan yang tren saat itu, mengukir sabun. “Sejak kecil saya suka iseng bikin kerajinan. Ya hanya untuk kepuasan diri saja. Sebagian juga diminati teman. Ada juga yang untuk kado. Tiap teman ada acara perayaan, saya memberi kado buatan sendiri. Biar lebih berkesan,”paparnya.
    Saat menapak dunia kampus hingga memasuki dunia kerja di sebuah LSM di Yogya yang menyorot kinerja parlemen, kegemaran mengkreasi kerajinan tak hilang begitu saja. Di sela waktu senggang, tangannya tak henti bersibuk ria menghasilkan ragam kerajinan menarik, yang sebagian berpindah tangan karena diminati teman.
    Maka ketika Wiraswati memutuskan lebih berkonsentrasi mengurus rumah tangga setelah buah hati pertamanya lahir, sekitar tujuh tahun silam, tak ada rasa senyap, apalagi kebingungan bagaimana mengisi waktu luang di celah urusan domestik yang diembannya.
    Beragam kreativitas mengalir begitu saja. Namun baru sekitar setahun terakhir, kegiatan mengkreasi produk handmade ditekuninya serius dengan meniti satu item kerajinan yang jadi andalan, dan mulai digarap lebih intens.
    “Enaknya terjun di kerajinan, tidak seperti kerja kantoran yang menyita banyak waktu. Bisa dilakukan sembari momong. Dulu lebih banyak kreasi untuk kepuasan sendiri. Baru setahun terakhir dikerjakan lebih serius,”kata alumnus Jurusan Komunikasi, Fisipol UGM yang memiliki tiga buah hati ini.
    Perca sulam pada bantal menjadi pilihannya. Saat itu lantaran melihat perca bertumpuk dan tersia-sia tanpa manfaat. Kebetulan, tetangganya seorang penjahit, terjun di usaha konveksi yang menghasilkan banyak perca, khususnya perca kaos. Tangan kreatifnya pun mulai gatal, melihat tumpukan perca tak “bertuan” itu. Oleh si tetangga biasanya perca-perca itu hanya ditumpuk, dan berakhir di tempat sampah.
    Wiraswati pun menampungnya dan memanfaatkan untuk kerajinan tangan. Si perca yang berukuran kecil-kecil disulapnya menjadi aplikasi pemanis bantal kursi. Sarung bantal kursi dari bahan katun atau soft jeans dikerjakan dengan bantuan tukang jahit. Sementara urusan aplikasi yang butuh ketelanen dan kreativitas lebih, dikerjakan Wiraswati sendiri.
    Diakuinya, saat ini belum ada karyawan karena dirinya kesulitan menemukan pekerja yang mampu menuangkan kreasi sesuai dengan ide dan gagasan yang dia miliki. “Sementara masih dikerjakan sendiri sehingga kapasitas produksi masih terbatas dan hanya menggarap pesanan saja,”imbuhnya.
    Teknik sulam perca dikuasai secara otodidak dari kebiasan dan minatnya mengolah kerajinan. Dari sisi kreativitas, tak ada kesulitan menemukan ide untuk tema-tema produk yang dihasilkan. Terlebih Wiraswati memang punya hobi melukis. Bagi dia, menjahit sulam perca tak ubahnya aktivitas melukis. “Sama saja dengan melukis. Mediumnya beralih, dari kanvas ke bantal kursi, jarum dan benang pun ibarat cat dan kuas,”imbuhnya.
    Uniknya, Wiraswati banyak terinspirasi dari hal-hal kecil keseharian yang terkesan remeh-temeh sebagai ide yang dituangkan menjadi aplikasi produk. Misalnya saat terjun ke dapur, melihat beragam bumbu-bumbuan yang punya karakter unik, seperti cengkeh, pekak yang bentuknya mirip bunga, ataupun daun salam dengan kehijauannya yang khas, menggiringnya untuk mengangkat sebagai tema bantal kursi. Sungguh unik.
       Atau pula saat mendampingi sang anak belajar dengan satu materinya, pohon kekerabatan (family tree) maka dengan segera menerbitkan ide untuk dituangkan dalam karya. “Apapun bisa menjadi inspirasi. Tak harus hal-hal besar. Yang kecil dan sepintas remeh-temeh pun bisa diangkat menjadi sesuatu yang menarik,”ujarnya.
       Nyatanya, meski produktivitas belum kencang, baru puluhan bantal kursi dalam sebulan, minat dan apresiasi terhadap hasil karyanya tak bisa disebut minim. Bahkan produk uniknya juga diminati seorang rekan dari mancanegara. “Belum lama ada pesanan dari teman di Jerman. Tertarik dengan tema-tema yang unik,”imbuhnya.
       Kreativitas memang sepadan dengan nilai yang menyertai. Tak heran meski produknya dilabeli nominal cukup eksklusif, sekitar Rp 60 ribu per sarung bantal kursi, bahkan akan dirilis produk baru, full sulam perca yang dihargai sekitar Rp 100 ribu-200 ribu per potong, Wiraswati tetap tak sepi pesanan. Inilah nilai dari kreativitas, yang dijalankan dengan sepenuh hati. (shanti)
---------------------------------------------------------------